Latah Cover!

No Comments


Kenapa Pelaku Cover Lebih Terkenal Dibanding Originalnya!

Gini hari, siapa sih yang gak tau apa itu Cover? Dan ada fenomena apa dibalik istilah Cover!

Lebih simpelnya mungkin sebagian kecil dari kalian ada yang pernah berpikir begini: Dulu, yang namanya Cover itu adalah tindakan Aransemen Ulang dari suatu lagu atau karya musik lainnya.

Zaman sekarang (kiranya sejak tahun 2017-sekarang), ada orang nyanyiin lagu milik Band/Penyanyi terkenal saja langsung diberi label c o v e r, padahal jika kita telaah yang dia nyanyikan hanya menghilangkan beberapa instrumen kompleks seperti drum, alias nyanyi versi akustik atau dengan ritme piano.

Begitu mudahnya mereka para pelaku melakukan itu, maka istilah c o v e r sudah tidak istimewa lagi, mungkin kamu juga tau di Indonesia saja virus latah cover sudah merebak luas dengan berbagai macam versi, mulai dari versi fake live perform sampai versi jual tampang nyanyi gak seberapa (ya ini yang akan terjadi dari 2020 ke depan, penyanyi sejati akan sangat langka). 

Cover bukan sekadar Penyanyi menyanyikan lagu saja, cover juga bisa berupa permainan ritme dari alat musik gitar, piano, dlsb.
Penulis tidak akan membahas cover alat musik, karena kita semua tau bahwa itu merupakan Olah Kreatifitas.

Namun penulis lebih tertarik membahas cover si pelaku tarik suara (penyanyi), penulis membahas ini bukan semata-mata karena mempermasalahkan, namun lebih kepada tentang mengupas Peradaban dan Pendidikan seni musik di NKRI kita ini.

Mari kita kupas...

Di negeri kita, dari 100% penduduk yang pernah mengenal musik, 80% nya adalah pecinta musik, yang terdiri dari 50% penikmat/netizen (yang di dalamnya terdiri dari 40% penikmat biasa dan 10% penikmat sejati) dan 30% player/pelaku (yang di dalamnya terdiri dari 20% pelaku cover dan 10% Musisi Sejati).

10% Penikmat Sejati adalah mereka yang bukan seorang penyanyi atau pemain alat musik, tapi mereka Paham tentang suatu karya, yang dimana bahwa terbentuknya suatu lagu ciptaan sendiri itu adalah hasil karya seni yang benar-benar sejati.

10% Musisi Sejati adalah mereka yang benar-benar susah payah meracik formula nada-nada menjadi suatu irama dan diberikan bahan utama berupa syair serta menghadirkan jiwa yang benar-benar pasrah, hingga terciptalah suatu karya berupa lagu.

Bayangkan saja, dari 80% pecinta musik hanya ada 20% orang jiwa-jiwa yang memahami suatu proses! Proses dimana sang pencipta (pemilik asli dari suatu lagu) begitu kerja keras untuk meluangkan waktu yang istimewa hanya untuk suatu lagu originalnya.

Dan selebihnya sebanyak 60%... kamu tau sendiri!
Maka gak heran jika gini hari mulai banyak orang-orang yang taunya itu lagu si Pia Pilin (misalkan) ketimbang penyanyi aslinya, ya karena memang dia taunya itu yang nyanyiin si Pia Pilin.

Orang-orang 60% tersebut gak bakal tau dan gak bakal mengerti (sampai kapan pun juga), mereka gak bakal paham sampai mereka ngotot-ngotot membela penyanyi idolanya (siapapun) yang menurut telinga mereka enak didengar. Tukang makan memang tak pernah tau tentang Bumbu.

Maka jangan heran jika faktanya lagu-lagu zaman dulu tahun 90an lebih enak didengar, tidak pernah bosan, dan terasa bernyawa!
Nah, mereka para pelaku cover hanya dengan enteng memilih lagu yang sudah ada dan mereka kemas dengan label cover, ya itu karena mereka mengakui bahwa lagu-lagu zaman dulu itu memang Berkualitas.

Gak heran juga sih jika kita lihat zaman sekarang banyak sekali penyanyi muncul terkenal dengan cepat, dan cepat pula menghilang entah kemana, mereka bisa bermusik tapi tidak untuk mempersembahkan musik. Itulah yang dimaksud musiman.

Bukankah cover sah-sah saja dan itu ada lisensinya!

Lalu apa masalahnya?

Penulis yakin 1000%, jika dalam hati kamu menanyakan hal demikian, itu antara kamu belum pernah merasakan proses hebat dari pembuatan lagu sampai masuk dapur rekaman, atau kamu memang tipe orang yang cuma mau enaknya saja.
Lisensi bisa dihargai jika semua aspek tidak ada pihak yang keberatan di masa mendatang.

"Lalu apa masalahnya?"
Ya ada! Bukannya gara-gara cover saja banyak debat diantara teman-teman kita. 
Jika hanya karena musik saja teman-teman kita jadi ribut, gimana untuk serumpun melawan Penjajah Masa Kini.

Bagaimana pendapat Kalian, silahkan tulis di kolom komentar :)

back to top